KOPIAH JANGANG KHAS BANJAR
ZAMAN DAHULU HANYA DI PAKAI OLEH TUAN GURU DAN ALIM ULAMA
Proses pembuatan kopiah jangang ini tergolong rumit karena akar kayu
itu sepenuhnya dianyam menggunakan pola-pola khusus dan dikerjakan
secara manual oleh tangan-tangan manusia (HandMade) Polanya ada yang
berupa gelombang, bunga teratai dan hati.
"Kalau akar jangangnya
biasanya diambil di pedalaman hutan di Kalimantan Tengah seperti di
Puruk Cahu dan Muara Teweh," katanya.
Akar-akarnya itu, saat baru
saja diambil dari pohonnya, biasanya akan dikupas dulu kulit luarnya.
Setelah itu barulah tampak kulit lapisan kedua. Di lapisan ketiganya
teksturnya lebih lembut, biasanya disebut hati jangang.
"Yang bisa
diolah menjadi kopiah adalah kulit lapisan kedua dan hatinya. Kalau
kulit luarnya keras, tak bisa dibentuk jadi kopiah," ujar pria asli Desa
Margasari, Kabupaten Tapin yang juga perajin kopiah jangang ini.
Hasil olahan kulit lapisan kedua dengan hatinya sangat jauh berbeda.
Kopiah berbahan kulit jangang lapisan kedua lebih keras, tebal,
lubangnya besar-besar jika dibandingkan dengan kopiah berbahan hati
jangang. Kopiah berbahan hati jangang jauh lebih halus dan lembut,
anyamannya tampak lebih rapi, rapat, lubangnya kecil-kecil dan motifnya
lebih indah.
"Kalau yang lapisan kedua, motifnya sedikit karena
susah membentuk anyamannya. Makanya lubangnya besar-besar. Kalau yang
berbahan hati jangang lebih lembut, namun harganya lebih mahal karena
mengolahnya lebih rumit, bilah hati jangangnya kecil-kecil sehingga
membuatnya diperlukan ketelitian yang lebih," paparnya.
Proses
pembuatannya memakan waktu lama. Untuk yang berbahan kulit lapisan
kedua, sebuahnya dibuat selama dua hari. Sementara yang berbahan hati,
sebuahnya bisa mencapai sebulan baru selesai.
Tak heran jika kemudian harga jual
kopiah jangang berbahan hatinya ini lebih mahal, yaitu mencapai Rp
400.000 sampai 500.000 per buahnya. Sementara yang berbahan kulit
jangang lapisan kedua berkisar Rp 30.000 hingga Rp 125.000.
"Harganya bervariasi, tergantung kualitas dan kerapatan anyamannya juga
daya tahannya. Kalau yang berbahan kulit lapisan keduanya lebih murah
dan daya tahannya sekitar dua tahun saja, sedangkan yang berbahan
hatinya bisa hingga lima tahun," paparnya.
Di balik pesona dan
kerumitan pembuatannya, kopiah jangang ternyata memiliki strata sosial
tersendiri bagi masyarakat Banjar di masa lalu. Ratusan tahun lalu,
masyarakat muslim di Kalimantan Selatan belum mengenal jenis peci
seperti yang ada sekarang ini. Karenanya, masyarakatnya berinisiatif
membuat sendiri untuk keperluan beribadah.
Kerna di sini banyak
pohon jangang dan akarnya bisa dibentuk, akhirnya dibuatlah kopiah
berbahan akar jangang ini. Dulu, pemakainya hanya para santri dan ulama.
"Menurut cerita orang-orang tua kami dulu di Desa Margasari, siapa yang
memakai kopiah jangang ini dianggap bisa membaca doa atau memimpin
majelis pengajian. Makanya, dulu kopiah ini tidak dipakai oleh sembarang
orang, hanya para santri dan ulama yang sekiranya bisa dipercaya
menjadi imam salat atau penceramah yang berhak memakainya. Pokoknya,
zaman dulu siapa yang tampak memakai
kopiah jangang ini, dia pasti orang alim. Kalau yang tidak memakainya, pasti bukan orang alim," tuturnya.
Tak heran, dulu kopiah ini sangat populer di kalangan Pondok Pesantrian
( Pesantren) Banyak santri atau kaum alim ulama yang memakainya dan
karena keindahan unsur tradisionalnya sehingga menarik banyak minat
kalangan lainnya untuk dijadikan buah tangan khas Banjar Kalimantan
Selatan.
Seiring berjalannya waktu dan banyak peminatnya dari luar
kalangan pesantren, kopiah ini kemudian turun kasta menjadi peci yang
sering dipakai masyarakat umum. Tak jarang, banyak pula yang membelinya
untuk sekadar oleh-oleh bagi orang-orang Banjar yang bepergian ke luar
negeri. "Buat dikasih-kasihkan ke orang luar negeri sana, kata mereka,
sekadar untuk mengenalkan kerajinan khas Banjar ke luar negeri,"
bebernya.
Berminat membeli kopiah khas ini? Anda bisa mengunjungi
Pasar Sudimampir di Banjarmasin. Lapak para penjualnya biasanya di dekat
toko-toko penjual karpet. Posisinya persis di dekat lokasi parkir pasar
ini.
Menuju kemari, bisa menggunakan kendaraan umum seperti ojek,
bajaj dan angkutan umum. Biasanya, angkutan umum dari Pasar Sentra
Antasari melewati lokasi ini, turun saja di Jembatan Sudimampir, posisi
pasar ini persis di samping jembatan tersebut.
BLOG GUSTI HARDIANSYAH 2 BERISIKAN BERITA DAN INFORMASI #GH #gustihardiansyah www.gs2hardiansyah.blogspot.com HARAM MANYARAH !. WAJA SAMPAI KAPUTING #WASAKA
Mengenai Saya
- GUSTI HARDIANSYAH 2
- ENTREPRENEUR. HARAM MANYARAH!, WAJA SAMPAI KAPUTING #WASAKA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KOPIAH JANGANG KHAS BANJAR ZAMAN DAHULU HANYA DI PAKAI OLEH TUAN GURU DAN ALIM ULAMA
KOPIAH JANGANG KHAS BANJAR ZAMAN DAHULU HANYA DI PAKAI OLEH TUAN GURU DAN ALIM ULAMA Proses pembuatan kopiah jangang ini tergolong rum...
-
UNDANG-UNDANG SULTAN ADAM (UUSA 1835 ), KASULTANAN BANJAR FOTO ZAMAN SULTAN ADAM 1835 M Undang-Undang Sultan Adam 1835 adalah Undang...
-
KOPIAH JANGANG KHAS BANJAR ZAMAN DAHULU HANYA DI PAKAI OLEH TUAN GURU DAN ALIM ULAMA Proses pembuatan kopiah jangang ini tergolong rum...
-
SUSUNAN PEMERINTAHAN SIPIL PADA ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA DI KALIMANTAN PADA 1863 BANJARMASIN Pada zaman dahulu penjajah Belanda...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar